Minggu, 30 Agustus 2009

Sabtu, 29 Agustus 2009

Ulah Rafa 2...






































lanjutan yang pertama

Lagi lagi ulah Rafa










































































































lagi lagi Rafa alias Rafael Alencar bikin ulah dengan mamerin body hotnya yang cucok,,,

Rafa,,,kamu harus tanggung jawab dah bikin aku nafsu bin horny neyh,,,

Jumat, 28 Agustus 2009

Delivery Pizza

Karena besok ada 3 mata kuliah yang diujikan dalam Ujian Akhir Semester. Maka terpaksa aku tidak keluar kamar untuk mencari makan malamku. Sengaja aku telp ke salah satu warung waralaba franchise pizza. Oh ya, namaku Nicky, asli Malang dan saat ini sedang kuliah semester 4 di salah satu PTS di Malang.Tiba-tiba saja terdengar bunyi bel pintu. Saat dibukanya pintu depan, Nicky menyadari bahwa pesanan pizza yang tadi di ordernya lewat telepon benar-benar diantarkan. Sang pengantar yang rupanya sedikit kehujanan terlihat agak mengigil. Nicky yang memang saat itu sedang sendirian di rumah karena kedua orangtua nya sedang ke luar kota, lalu mempersilahkan sang pemuda pengantar pizza itu masuk untuk menghangatkan badan.Nicky menanyakan kenapa sang pengantar, yang kemudian diketahuinya bernama Irfan, begitu basah. Irfan menerangkan mobil pengantar pizza-nya mogok. Sehingga berjalan kaki untuk mengantarkan pesanan pizza ini. Nicky menawarkan untuk mengeringkan baju sang pemuda itu karena hujan semakin deras di luar sana. Irfan yang juga menyadari hal itu lalu mengiyakan tawaran sang tuan rumah yang simpatik.Nicky lalu menyuruh Irfan melepaskan T-shirtnya dan mengeringkannya ke drier yang ada di belakang. Karena saat itu memang sedang sepi, Irfan mengiyakan ajakan Nicky tanpa berpikir panjang lagi. Irfan kemudian meletakkan pizza yang dibawanya ke meja tamu dan dia mulai melepaskan T-shirtnya yang basah. Karena Irfan cukup lama berada di luar dan kena hujan, kondisinya yang mengigil membuatnya agak susah untuk menggerakkan tangannya untuk melepas T-shirtnya. Nicky lalu menawarkan untuk membantunya. Irfanpun tanpa pikir panjang mengiyakan.Nickypun lalu berusaha membantunya. Tangan Nicky yang kekar itu lalu melingkar ke perut Irfan dan berusaha mengangkat bagian bawah T-shirt ke atas. Dikarenakan dekatnya badan kedua pemuda itu, seakan Nicky sedang merangkul Irfan, dan Irfanpun diam saja. Dengan cepat Irfan telah bertelanjang dada. Nicky yang begitu selesai melepaskan penutup tubuh Irfan langsung tertegun melihat bentuk badan Irfan yang begitu sempurna, atletis dan padat berisi itu. Putingnya yang sudah mengeras itu dikelilingi oleh beberapa helai rambut halus. Juga bagian dadanya yangbidang dan lebar itu ditumbuhi rambut rambut halus yang basah terus menyambung ke bagian perutnya dan ke bawah lagi terlihat bentuk perut Irfan yang rata dan keras.Irfan yang keturunan Arab itu juga memiliki wajah tampan, dengan hidung mancung dan rahang keras. Matanya yang tajam dengan alis tebal menatap Nicky sesaat, seakan memprotes kenapa dibiarkan tubuhnya kedinginan tanpa ditutupi sesuatu. Nicky yang seakan menyadari hal itu lalu dengan segera membawa T-shirt Irfan ke belakang untuk dikeringkan dan sekalian mengambil handuk kering untuk menyelimuti badan Irfan.Saat Nicky menyelimuti Irfan dengan handuk itu, badan Irfan yang kedinginan itu bersentuhan dengan badannya. Terjadilah transfer panas dari tubuh Nicky ke tubuh Irfan. Dan hal ini membuat Irfan semakin melekatkan badannya ke Nicky supaya memperoleh kehangatan lebih banyak. Nickypun yang sedari pertama melihat Irfan, juga merasa keenakan dipeluk oleh seorang pemuda tampan yang atletis ini."Irfan, gimana sekarang, apakah sudah lebih baikan ?" tanya Nicky setengah berbisik ke telinga Irfan. "Yah..mendingan sih...tapi celana saya masih basah juga, bisa nggak tolong dilepas juga?" pinta Irfan. Nicky tanpa pikir panjang lalu mulai mengarahkan tangannya ke retsluiting celana Irfan. Dengan cekatan Nicky mulai membuka celana Irfan dan melepaskan celana jeans ukuran 30 itu dari pemiliknya, meninggalkan celana dalam yang juga basah.Nicky yang sedang jongkok, tak membuang kesempatan melihat dari dekat bentuk bagian yang tersembunyi di balik celana dalam Irfan yang berwarna biru muda tipis itu. Tonjolan yang begitu besar dan ditumbuhi penuh bulu2 disekitarnya, telah membuat Nicky sesak napas sesaat, tertegun. "Irfan, celana dalam kamu juga basah, perlu di keringkan juga ?" kilah Nicky untuk menutupi keterkejutannya itu. Irfan hanya menganggukan kepalanya tanda menyetujui usul Nicky.Nickypun langsung melepas celana dalam Irfan itu, dan langsung benda yang tadinya tersembunyi di balik celana itu, langsung muncul dan tergantung persis di depan wajah Nicky. Irfan yang menyadari hal itu langsung menutupinya dengan kedua belah telapak tangannya, "maaf Mas," ujarnya. Nickypun mengiyakan, meskipun dalam hatinya kecewa, lalu menawarkan segelas kopi panas ke Irfan.Irfan yang sudah agak mendingan lalu melepas handuk yang menyelimuti badannya dan memindahkannya ke perutnya, sambil duduk untuk menikmati kopi panas buatan Nicky. Nickypun sudah agak santai dibandingkan pertama kalinya melihat bentuk badan Irfan. Keduanya terdiam saling menikmati kopi dan tidak tahu harus memulai pembicaraan apa pada kondisi seperti ini.Irfan pun lalu mencoba melihat2 lihat majalah di atas meja, dan mengambil salah satunya. Ternyata Nicky yang kelupaan menyimpan majalah Play Girl edisi terbaru itu, terkejut saat Irfan membukanya. Irfan rupanya tidak begitu terkejut melihat hal ini. Nicky semakin yakin bahwa Irfan adalah seorang gay seperti dirinya. Tapi Nicky masih menunggu reaksi lebih lanjut dari Irfan.Nicky lalu mencoba melihat tonjolan di balik handuk Irfan, dan mendapatkan bahwa tonjolan itu semakin membesar dibandingkan beberapa menit sebelumnya. Nickypun juga merasakan hal yang sama. Kontolnya juga sudah mengeras sedari tadi. Karena perhatiannya hanya tertuju ke arah kontol Irfan, Nicky tanpa sengaja menyenggol gelas kopinya dan menumpahkan isinya ke celana pendek yang dipakainya. "Auhhhhhh, panassss!!'" pekik Nicky, membuat Irfan secara spontan berusaha membantu dengan melepas celana Nicky.Rupanya Nicky yang tak memakai celana dalam itu telah mengeras kontolnya saat Irfan menarik celana dalamnya. Bersamaan itu pula handuk yang dikenakan Irfan terlepas karena tersangkut pegangan kursi. Irfan dengan cepat mengambil handuk itu dan membelitkan ke perutnya lagi, lalu segera membantu Nicky melap pahanya yang basah oleh kopi panas itu. Karena tumpahan kopi yang lumayan banyak, Nicky lalu berusaha membuka celana pendeknya untuk diganti dengan celana lain yang kering. Rupanya Nicky lupa kalau kontolnya lagi mengeras. Begitu celana pendek itu terbuka, batang berwarna kecoklatan penuh dengan otot dan berbulu lebat itu langsung nongol. Irfan tertegun sejenak, lalu memandang Nicky dengan pandangan yang lain. Nickypun juga menyadari hal itu. Irfan lalu melepat lilitan handuknya dan membiarkan kontolnya yang 8 inch itu mencuat dengan gagahnya.Keduanya saling memandang kontol lawan dan tanpa pikir panjang lagi mereka saling memeluk dan berciuman dengan eratnya. Irfan yang memiliki tubuh atletis itu langsung saja berusaha membuka kaos singlet Nicky dan dalam tempo singkat keduanya telah telanjang bulat saling berpelukan dan berciuman.Lidah keduanya saling menjelajahi mulut lawan dan tangan merekapun tak ketinggalan meremas apa saja yang ditemuinya."Ahhhhh...yeahhh.....mmmpppphhhhhhh....sssssshhhhhh" desah Nicky sambil meremas pantat Irfan yang bulat dan kenyal itu. Irfanpun tak mau ketinggalan dengan menyedot nyedot lidah Nicky dan meremas kontol Nicky yang telah mengeras 7 inch itu, sedangkan tangan satunya sibuk menggeitik buah pelernya. Nicky yang keenakan lalu merintih rintih. Irfan yang seakan mendapatkan mangsa empuk terus saja memompa nafsu birahi Nicky untuk mencapai puncaknya.Nicky lalu mengajak Irfan pindah ke kamarnya. Mereka dengan tetap berangkulan lalu melangkah ke dalam kamar Nicky yang hangat. Lampu kamar yang agak redup membuat nafsu mereka seakan terbakar lebih panas lagi. Nicky langsung mendorong tubuh telanjang Irfan ke atas kasurnya dan menindihnya. Ciuman Nicky yang membara telah menjelajah leher dan dada bidang Irfan. Jilatan lidah Nicky ke puting dan pusar Irfan telah membuat Irfan menggeliat geliat bak cacing kepanasan. Tangan dan lidah Irfanpun juga tak kalah liarnya meremas dan menjilati apa saja yang ditemuinya.Nicky mulai turun ke bagian bawah tubuh Irfan, ke bagian paling sensitif dari tubuh lelaki. Kontol Irfan yang mengeras itu mulai dijilatinya, dikulum dan di sedot-sedot, yang menimbulkan rintihan sang pemiliknya. Seluruh batang 8" itu dikulumnya sampai ke tenggorokannya. Nicky dengan lincahnya mengeluar masukkan kontol itu ke dalam mulutnya, sambil tangannya menggelitik buah peler Irfan. "Ougghhh...yeahhhh......nikmattt sekaliiii...teruskan.....oohh," rintih Irfan memelas. Nicky tak menghiraukan rintihan itu. Bagi dirinya justru rintihan itu membuat nafsunya kian memuncak.Setelah kurang lebih 5 menit berlalu, Irfan lalu berusaha menggapai kontol Nicky. Nicky yang menyadari hal itu lalu memindahkan pantatnya mendekati wajah Irfan. Permainan 69pun berlangsung. Irfan juga dengan rakusnya mengulum kontol Nicky dan meremas2 buah pantat Nicky yang padat dan kenyal itu. Bau rambut di pangkal batang kontol Nicky yang harum, membuat Irfan makin liar.Tiba2 saja Irfan mengejang, tusukan kontolnya ke dalam mulut Nicky makin dipercepat. Nicky menyadari bahwa Irfan akan mencapai klimaksnya, juga memompa kontolnya makin cepat ke dalam mulut Irfan. "Ahhh,,, enakkkkkk...Masss aku mo keluarrrrr.........aaahhhhh....sssssss, jerit Irfan. Nickypun merintih"Aku juga .......mau keluar....aahhhhhhhh."Gerakan pantat Irfan dan Nicky yang semakin menggila itu membuat ranjang spring bed seakan terkena gempa bumi. Bunyi per yang berderit derit tak mereka hiraukan. "Masssssss....keluarrrrrr......" jerit Irfan sambil membenamkan seluruh batang kontolnya ke dalam mulut Nicky sambil menyemprotkan cairan putih kental yang banyak sekali. Nickypun mencapai klimaksnya dengan semprotan cairan putih kental yang tak kalah banyaknya ke dalam mulut Irfan. Begitu banyaknya cairna itu membuat sebagian meleleh keluar dari mulut masing-masing. Baik Irfan maupun Nicky menelan semua cairan kenikmatan masing-masing pasangannya. Tanpa ada sisa sedikitpun.Suasana yang tadinya penuh rintihan dan jeritan, kini berubah menjadi tenang, hanya nafas memburu yang masih terdengar. Mereka telah kehabisan tenaga.Di luar masih terdengar hujan derasnya, membuat mereka semakin malas untuk bergerak. Irfan lalu memindahkan posisi tubuhnya dan memeluk tubuh Nicky. Mereka berpelukan, membiarkan pizza yang hangat menjadi dingin

Keluarga Duda

Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang cowok mungil bersama anak cowok kecil, cowok itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena cowok itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut lurus, pahanya berbulu halus dan perutnya yang putih menantang sekali.Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ‘Adik kecil’ saya bangun, bagaimana tidak.., ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari jendolan kontolnya yang tercetak di baju renangnya itu.Eh.., nggak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang, “Om, mau main bola sama Reza gak?”“Eh.., mmh.., boleh.., kamu sama kakakmu ya?” tanya saya gugup.“Iya.., itu Kakak!” katanya sambil menunjuk kakaknya.Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, cowok manis itu bernama Gleno, dan juga, dia baru kelas 2 SMP.“Mmh, Gleno cuma berdua sama Reza?” tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.“Nggak Om, kami sama Papa. Papa lagi senam BL di Gym diatas!” kata Gleno sambil menunjuk atas gedung Country Club.“Ooo.., sama Papanya, toh” kata saya.“Papi kamu ndak ikut Glen?”“Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa.., jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagii bener” katanya lucu.Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama Papanya.“Mmh, Papa kamu bawa mobil Gleno? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak? Sekalian Om kenalan sama Papa kamu, boleh kan?”“Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Reza katanya mau makan McD.”“O, .. Ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan? Nanti pulangnya Om anterin”.Tapi yang menjawab si kecil Reza, “Boleh.., Om boleh ikut..”Sekitar 1/2 jam kami mengobrol, Papa mereka datang. Dan ternyata, orangnya gagah banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Dosen saya, mirip abis. Otot dada yangn kekar, leher dan kulit yang putih.., pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Gleno dan Reza berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan Papa mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya.Nama Papa mereka Hendy, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya.., 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Hendy dan istrinya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah.., kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Hendy tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Reza yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Hendy dan Gleno ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.“Hendy, Istrimu sebenarnya kerja dimana?”, tanya saya.“Anu Mas.., dia CSO di sebuah bank terkenalgitu,” jawab Hendy ogah-ogahan.“Iya Om, jangan nanya-nanya Mama. Papa suka sebel kalo ditanya tentang dia,” timpal Gleno, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama Papanya.Mendengar Gleno bicara seperti itu, Hendy agak kaget, “Gleno, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener Mas, aku nggak suka kalo ditanya soal istriku itu”.“Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi..”, kata saya sambil tersenyum.“Eh Iya.., Mas Vito mau minum apa?” tanya Hendy sembari bangkit dari sofa, “Kopi mau?”“Eh.., iya deh boleh..” jawab saya.Tak lama kemudian Hendy datang sambil membawa 2 cangkir kopi, “Ini kopinya..”, katanya sambil tersenyum.Gleno yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, “Om, malem ini nginep di sini mau ya? bolehkan Mam?”. Hendy yang ditanya, menjawab dengan gugup, “Eh.., mmh.., boleh-boleh aja.., tapi emangnya Om Vito mau?”Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, “Yah.., mau sih..”,Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam 1/2 12 malam ketika Hendy berdiri dari sofa dan berkata, “Mas Vito, aku mau ganti baju dulu ya?”“Eh, iya..”, jawab saya.“Kamu ndak tidur Gleno, kan besok sekolah?”“Mmh, belom ngantuk..”, jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Hendy datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan celana pendek dan kaos singlet you can see. Gleno yang sedang tidur-tiduran di karpet sambil membaca majalah.“Papa udah mau tidur tah?.”“Gleno’ kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah.., Papa masih mau ngobrol sama Om Vito.., sana tidur!” kata Hendy.Saya juga ikut-ikutan ngomong, “Iya, Gleno’ besok telat masuk sekolahnya.., kamu tidur duluan sana.”Gleno sepertinya kesal sekali di suruh tidur, “Aaahh.., Papa nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok..”, tapi dia masuk juga ke kamarnya.Setelah ditinggal Gleno, saya mulai melakukan agresi militer.“Hen, paha kamu putih dan mulus yah? Dada kamu juga bagus. Apa ikut fitnes?“Ah..biasa aja kok”“Aku boleh memandangi perutmu ga? Aku tertarik banget dengan perutmu yang tidak buncit itu” pancingku untuk mengetahui bentuk tubuh Hendy.“Kamu kok aneh she Vito”jawab Hendy.“Mmh, boleh aku jujur tidak?”“Boleh.., ngomong aja”“Anu.., aku suka banget ama bentuk tubuhmu dan lagi aku yakin kalo ‘anu’mu pasti gede” kata saya sambil melakukan serangan awal dengan mengelus pahanya.“Ooo.., ini,” kata Hendy sambil membuka celana dalamnya memamerkan celana dalamnya.Aku agak terkejut jika Hendy akan melakukan itu. Tapi dengan pemandangan sekilas jendolan kontol di celana dalamnya ketika celana pendek itu dibuka, membuatku berdesir dan ingin tau dalamnya bagaimana.“Kamu lama tidak berhubungan seks dengan istrimu, apa nafsu kamu tidak tersalurkan?”tanyaku hati-hati.“Aku seringnya onani. Biasalah, kembali ke jaman remaja dulu, pelampiasan sendiri”jawab Hendy.“Aku juga sering onani. Malah pernah onani bersama temen cowokku. Kalau kita Onani bareng, mau ga?,”serangku.“Mas Vito mau? terus apaku yang seukuran.”Belum selesai Hendy berbicara, Langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kontolnya, “Ini.. Mu.., buka dong bajumu!” kata saya asal.Hendy yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kaos singlet yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka celana pendeknya. Hendy dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.“Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya..”, kata Hendy tanpa memberi saya kesempatan bicara,Hendy langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ‘rudal’ dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati kontolnya juga. Wow..saling jilat lolipop nih. Hendy kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar batang kontolnya dan saya hisap dalam-dalam buah pelernya.Hendy saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, kontolnya teracung-acung keras. Tetapi yang menarik perhatianku adalah di bawah selangkangan itu, tersembunyi lubang pantat yang tampak rapat. Karena tidak tahan, langsung saya tindih Hendy, saya gesek-gesekkan kotol saya di perut, turun dan berbenturan dengan kontol Hendy. Terasa hangat dan sensasi yang aneh, ketika “main anggar” ini. Selang berapa lama, kaki Hendi terangkat, sehingga kontol saya menggesek bawah selangkangannya. Aku tusuk-tusukkan ke sekitar lubang pantatnya, akan tetapi tidak bisa serta merta masuk, jika tidak diberi pelicin dan dibimbing ke arah lubang yang tepat. Dengan sedikit gerakan, saya menyambar kondom dan pelicin yang tersedia di saku belakang celanaku. Kurobek kondom itu, kupasangkan ke kontolku yang teracung penuh dan aku lumuri lubang pantat Hendi dengan sedikit pelicin. Lalu setelah memasukkan kepala kontolku ke arah lubang yang tepat, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas dadanya dan memelintir tetek kecilnya, sementara mulut kami sibuk berpagutan dan saya menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya dan membimbing kontolku masuk ke lubang pantatnya secara benar.Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Hendy bergetar hebat sekali.., dia ejakulasi dan kontolnya menyemburkan sperma ke perut kami berdua. Terasa hangat sperma yang baru muncrat itu. Aku semakin berusaha, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Hendy, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan.Saya tanya, “Hen, aku mau keluar.., dimana nih?”Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Hendy mendesah sambil berpaling ke arah saya, “Di dalam aja Mas! biar lengkap”.Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam lubang pantatnya. Aku merasakan spermaku cukup banyak yang kusepmprotkan, kental dan lengket. Lalu aku buka kondom yang membukus kontolku yang masih setengah tegang itu.Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ‘Mr. Penny’ saya. Hisapan Hendy tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ‘Mr. Penny’ saya. Sekitar 5 menit, Hendy menikmati si ‘vladimir’, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.“Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,” katanya.“Aku mau nyuci ‘ini’ dulu,” sambil dia menepuk pantatnya sendiri.“Ya.., jangan lama-lama..”, kata saya.Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya yang masih tegang teracung itu. Tiba-tiba si Gleno keluar kamar.., dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.“Loh, Gleno.. Kamu belum tidur?” tanya saya setengah panik.“Belum.” Jawabnya singkat.Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ‘Mr. Penny’ saya dengan bantal sofa.“Om, tadi ngapain sama Papa?” tanyanya lagi.“Eh.., anu.., Om sama Papa lagi..” belum selesai saya menjelaskan. Papa Gleno, Hendy masuk ke ruang TV.Dia kaget sekali melihat Gleno ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi celana pendeknya. Hendy berkata, “Gleno kamu ngapain, kok belum tidur?”Gleno berpaling menghadap Papanya, “Aku nggak bisa tidur, Papa tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito?”“Hayooo…aga usah ngaku, karna aku melihat semuanya kok” Jelas Gleno.Ups, aku kaget setengah mati. Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Hendy duduk di samping saya, dan Gleno saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.“Gleno, kamu kan tahu, Papi sama Papamu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Papa sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Papa dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,” kata saya sambil melirik Hendy yang terlihat sudah agak santai.“Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Papa minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.”Gleno terlihat sedikit bingung, “Hal itu hal apa Om?”Di sini, Hendy mencoba menjelaskan, “Gleno, Papa jangan disalahin ya.., Gleno sayang Papa kan?”Gleno tersenyum, “Iyalah, mi. Gleno saayyaang banget sama Papa. Tapi Gleno mau tahu, Papa sama Om Vito ngapain?”Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Gleno yang cukup besar, “Om Vito sama Papa lagi mutual masturbation, kamu tahu artinya kan?”“Mmh.., iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om.., Gleno mau lihat,” jawab Gleno.Wah.., kaget sekali mendengar Gleno bicara begitu. Lalu saya melirik Hendy, dan Hendy mengangguk mengerti.“Gleno beneran mau lihat Papa sama Om Vito lakuin lagi?” tanya Hendy.Gleno menjawab dengan polos, “Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Gleno juga mau diajarin..sekalian prkatek, biar bisa”.Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, “Mmhh, tanya Papa ya?! soalnya Om tidak bisa ngajarin dan sekalian praktek, kalo Papamu tidak ngijinin.., Om sih mau aja ngajarin.”Gleno merajuk, merayu Papanya, “Pi, boleh ya?”Hendy ragu-ragu menjawab, “Kamu lihat aja dulu deh ya. Ntar kalo dah dikasi tanda, kamu boleh ikutan?!”Sambil tersenyum Gleno menjawab, “Iya deh..” senang sekali ia.Setelah itu, Gleno saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ‘memamerkan’ batangan besar saya. Dan Gleno hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Papanya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Hendy saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Hendy disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Gleno untuk duduk mendekat disamping saya.“Lihat Gleno, Papa seneng banget kan?” kata saya. Sementara Hendy melirik kami sambil terus menjilati ‘Mr. Penny’ saya.“Gleno sudah pernah ciuman belom?” tanya saya.“Belum Om.”“Mau Om ajarin ndak?” tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.“Mau!” jawabnya singkat.“Ya sudah.., Gleno ikutin Om aja ya.., apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya?!”Belum sempat Gleno menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Gleno. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Gleno terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan. Hendy terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Dada Gleno memang belum begitu tercetak, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, aku malah suka dengan perutnya yang putih bersih. Puting susunya masih berwarna merah muda dan kecil sekali dan ketika saya memilin-milinnya, si Gleno bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Hendy berlutut di depan saya dan membantu Gleno melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda.“Gleno menurut aja ya sama Om Vito “kata Hendy. Sementara saya meremas-remas kontolnya yang imut itu, Hendy menyuruh Gleno untuk menggenggam batang ‘Mr. Penny’ saya.“Gleno, sekarang kamu jongkok disini ya” kata Hendy.“Kamu hisap ‘Mr. Penny’nya Om Vito, seperti Papa tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas” Hendy tersenyum sayang kepada Gleno.“Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Papa tadi. Bisa kan?”Gleno menjawab singkat, “Bisa, Mam”Saya mengarahkan si ‘Adik’ ke mulut Gleno, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam.“Pelan-pelan Gleno, jangan ditelan semuanya ya!” Gleno tersenyum.Hendy memperhatikan cara Gleno menghisap, kadang dia memberikan instruksi. Tak lama setelah itu, saya menyuruh Gleno berdiri. Saya tersenyum memandang kontolnya yang berwarna kemerahan, tampak bulu-bulu halus menghiasi kontol itu.Dan sekilas aku perhatikan pantat Gleno begitu montok dan mulus, pasti lubang pantatnya juga sangat rapat. Akhirnya, saya ciumi dan jilati saja ‘kontol” muda itu. Gleno benar-benar kegelian. Akhirnya, Hendy menyuruh Gleno istirahat.Pekerjaannya dilanjutkan oleh Hendy. Tanpa berbasa-basi, Hendy langsung memasangkan kondom ke kontol saya dan langsung menduduki ‘Mr. Penny’ saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Hendy terus mengerjai ‘Mr. Penny’ saya, saya meremas-remas kontolnya yang bergetar-getar karena gerakan naik turun Hendy yang menduduki kontol saya.. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Hendy masih menduduki si ‘Adik’, kali ini dia membelakangi saya. Gleno yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya.Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ‘kontol muda’nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya jilatin kontol itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan mulut. Sambil jari-jari saya bermain-main di area lubang pantatnya sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke lubang pantatnya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Gleno mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Papanya mendesah keenakkan. Saya mulai serius menanggapi Hendy.Gleno saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Hendy, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Hendy bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Hendy tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia ejakulasi, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam lubang pantatnya. Setelah melepas si ‘vladimir’ dari kondom yang membukusi kontolku. Gleno saya suruh menjilatinya.“Mmmhh.., Om.. Kok asin sih rasanya?” protes Gleno.Hendy sambil terengah-engah menjawab, “Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan? Papa bagi dong?!”Saya senyum-senyum saja melihat papa dan anak itu berebut menjilati ‘Mr. Penny’ saya dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Hendy dan anaknya, Gleno, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala Bapak dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Gleno, yang benar-benar telah merelakan lubang pantat yang masih perawan itu saya entotin. Tapi kalau dengan Hendy.., wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Reza, anak bungsu Hendy, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya danHendy sedang ‘perang alat kelamin’ di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Reza, adik Gleno yang masih kecil tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Papanya yang sedang nungging di bathtub.Dia bertanya kepada Papanya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ’sibuk’), “Papa diapain Om Vito, kok teriak-teriak?” katanya.Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Papanya yang telanjang bulat, dengan sperma berceceran di dadanya itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Gleno untuk menjilatinya).Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, karena keluarga ini sungguh memberiku kenikmatan yang tiada tara.

Temen Ayahku


Nama saya Adit Priyo Setyantara, umur 21 tahun. Cerita ini bermula dari chatting. Suatu malam karena saya merasa suntuk, bosan dan kebetulan lagi horni berat. Langsung saja saya hidupkan laptop dan mulai chatting. Saat asik chatting, ada nick “Manly_Atletis_Now” yang menarik perhatian saya.
Langsung saja saya klik dan kami mulai mengenalkan diri masing-masing. Singkat kata kami janjian ketemu besok di MATOS, dan dia bilang dia memakai kemeja putih, jaket hitam dan celana jeans. Besoknya kami ketemuan, saya kaget setengah mati. ternyata dia teman ayah saya. Gila..! langsung saja saya menghindar tapi keburu dia menyapa duluan, ya sudah terpaksa deh dengan muka tebal dan sedikit merah saya menyapa balik. Namanya Om Danu umur 37 tahun. Sebenarnya orangnya ganteng dan tubuhnya kekar. Karena setiap saya mengantar ayah saya main tenis, dia selalu ada di sana. Terlebih dadanya bidang, kulitnya putih, pokoknya seksi habis. Waktu melihat dia pertama kali, pandanganku tertuju pada bulu di dadanya yang tersembul di barisan 2 kancing kemeja yang dilepas. Tubuh saya bergetar dan kontol saya sedikit bangun. Apalagi sekarang berhadapan langsung sama orangnya. Wah... pokoknya tidak bisa dibayangkan deh. Saya jadi salah tingkah berada di hadapan Om Danu, antara bingung, takut dan tidak percaya bahwa Om Danu adalah yang chatting dengan saya semalam.


Awal obrolan, Om Danu menanyakan kabar ayah saya, "Papa kamu kok tidak pernah Om liat lagi di lapangan tenis, Dit?" "Eh... iya Om, belakangan ini papa saya lagi sibuk keluar kota," jawab saya sambil sedikit senyum. "Ooo..." jawab Om Danu. Tiba-tiba dia menyeletuk lagi, "Kamu suka chatting di room #gim juga yah Dit...? padahal itu room khan khusus buat gay," belum sempet saya menjawab, dia nyeletuk lagi, "Kamu gay juga tah Dit..?" Tiba-tiba saja muka saya jadi merah dan rasanya mulut susah dibuka, karena terlalu syok mendengar kata-kata Om Danu. Tapi setelah menghela nafas, saya memberanikan diri menjawab, "Iya Om… Sama kayak Om juga ya," kata saya sambil tersenyum. "Oooohh..Benernya saya sudah menyangkanya dari waktu kita pertama kali ketemu..kok" kata Om Danu sambil tersenyum. Karena di Matos terlalu ramai, jadi saya diajak Om Danu jalan-jalan. Di jalan kami sempat ngobrol berbagai macam hal dari kuliah sampai kerjaan sambil nonton TV di mobil. Saat Om Danu merubah channel TV, entah dia sengaja atau memang salah tekan tombol. Karena yang ketekan malah tombol AV dan langsung saja muncul adegan dua cowok gay yang sedang ML. Langsung saja mata saya setengah melotot melihat adegan syur yang ada di film itu. Tiba-tiba Om Danu memegang paha saya dan bilang, "Dit, kamu suka ya liat video itu..?" Setelah beberapa menit kemudian saya jadi agak gelisah, karena alat vital di dalam celana saya mulai berontak ingin keluar. "Dit, kenapa gelisah?"tanya Om Danu karena melihat saya yang salah tingkah "Eh.. hmmm...nggak kok Om.." muka saya kelihatan merah dan bicaranya sedikit tersendat-sendat. "Dit... kamu pernah ngelakuin yang kayak di film itu tidak?" tanya Om Danu sambil menghela nafasnya yang sedikit tidak teratur. "Belum tuh Om... kenapa?",padahal jujur aku sering melakukan ML ama cowok sebayaku. Saya tahu maksudnya tapi saya pura-pura tidak tahu saja.



"Pengen tidak kamu ngerasain yang kayak di film itu Dit..?".Tanya Om Danu sambil mulai mengelus bagian dalam paha saya. Saya hanya bisa tersenyum saja karena masih sungkan sama Om Danu "Hmmm.. mau Om ajarin..?" kata Om Danu semakin menggoda saya. "Mau kan Dit..." Tangan Om Danu mulai memegang jendolan kontolku yang memang sudah tegang. Dada saya jadi berdebar kencang, dan pikiran-pikiran kotor langsung mendarat di otak saya.Om Danu tersenyum melihat ke arah celana saya, "Dit... segitu saja kamu sudah nafsu, sini Om liat, kontol kamu gede apa tidak sih...?" Om Danu membuka resleting celana saya dan mulai mengelus kontol saya. Nikmat sekali rasanya, selama beberapa menit saya merasakan elusan Om Danu. Lalu dia menuntun tangan saya ke arah kontolnya yang mulai mengeras.



Saya langsung membuka resleting celananya dan terlihatlah kontol Om Danu yang besar dan panjang. Tiba-tiba napsu birahi mulai menyelimuti kepala saya, dan sedikit demi sedikit kepala saya di arahkan ke bawah menuju batang kemaluan Om Danu. Dengan menjulurkan lidah, saya mulai menjilati dan mengulum batang kontol yang besar berurat itu. Sekilas saya melongok ke wajah Om Danu yang sedang asyik menikmati kuluman saya. Dia merasa melayang oleh aksi kuluman mulutku dan sesekali Om Danu kehilangan kendali atas mobilnya. "Dit.. kuluman kamu enak juga yah... Om suka Dit... hmmm... uhhmm..." Om Danu semakin kehilangan kendali, cepat-cepat saja dia pinggirkan mobil dan kebetulan tempat itu jarang dilalui orang dan agak gelap. Setelah mobil berhenti, Om Danu langsung mengajak saya pindah ke kursi belakang dan membuka kaosnya. Permainan berlanjut kembali dan menjadi lebih hot. Kemudian saya remas dadanya yang bidang, sementara tangan kanan Om Danu memegang kepala saya, sambil sesekali menekan ke bawah, "Dit...enak.. hhhsss... terusin Dit... lebih dalem lagi..." Permainan mulutku semakin mengganas sehingga menimbulkan suara yang menambah birahi, "Cepok cepokk..."suara bibirku beradu dengan batang kemaluan penuh urat itu. Tiba-tiba Om Danu menghentikan permainan itu dan... "Dit... sekarang giliran kamu Om puasin.. hmmm..." Sambil mengatur nafas, dia segera membuka celana jeans saya, lalu Om Danu mulai memainkan kontol saya sambil satu tangannya yang lain mengusap-usap lubang pantat saya dan satunya lagi memainkan putting dada saya. Saya menggelinjang-gelinjang keenakan akibat aksi kedua tangan dan kuluman Om Danu tersebut.



Ketika lidah Om Danu mulai semakin liar menjelajahi setiap jengkal area sensitif saya, saya makin terkapar bagaikan tersengat listrik ribuan mega watt. Apalagi ketika lidah hangat Om Danu berputar putar menuju ke arah lubang pantat, ubun ubunku serasa membuncah dan aku makin melengkungkan tubuhku. Lama lidah itu berputar dan menjejali lubang sensitifku itu. Dan ketika ujung lidah itu menusuk nusuk lubang anus saya, saya menekan kepala Om Danu sambil berkata, "Hhmm... enak Om, lebih ke dalam lagi Om.. oooohh..." Rupanya Om Danu sudah tidak tahan lagi dan langsung saja dia menunggingkan pantat saya. Tanpa komando lagi, batang kemaluan Om Danu yang penuh urat itupun langsung di arahkan ke lubang anusku. Hanya dengan sekali tekan, langsung "Bless..." kontol itu memasuki rongga anusku hampir separuh. Karena lubang anusku itu sudah dipenuhi oleh ludah Om Danu jadinya sangat gampang memasukkan setengah dari kontolnya ke dalam lubang kenikmatanku. Dan ketika seperempat kejantanan Om Danu masuk, saya sudah mengerang kesakitan bercampur nikmat, "Hhmm... ooohhh... Dit punya Om tidak muat di lubang boolmu yah....." Sedikit demi sedikit saya turut mendorong pantat saya ke belakang, agar batang itu bisa menelusup masuk semuanya. Dan diimbangi sodokan pinggul Om Danu, akhirnya semuanya amblas masuk. Jeritan lirih spontan keluar dari mulutku, yang semakin lama terasa bagai erangan penuh kenikmatan. Dan mendengar eranganku itu, Om Danu semakin menjadi-jadi menyodokkan batang kontolnya lebih cepat dan dalam lagi. Sambil memainkan buah dadaku, gerakkan Om Danu semakin mengganas. Dan tentu saja Om Danu yang sudah berpengalaman itu menjaga ritme goyangannya secara teratur agar akupun membalasnya dengan goyangan yang erotis. Tiba-tiba tubuh Om Danu menjadi kaku dan memperlambat gerakannya, dia pegangi pantat saya sambil menggerakkan kontolnya lebih masuk ke dalam, tetapi tiba tiba terdiam. Ternyata Om Danu hampir mencapai puncak nikmatnya, "Oohhh... oohhh... Dit... hmmm...aku mau muncrat" erangnya.



Karena saya belum mencapai puncak, jadi saya suruh Om Danu menenangkan diri sebentar. Lalu setelah beberapa saat Om Danu mencabut kontolnya. Kini aku berbalik arah dan menyuruh Om Danu untuk merubah posisi jadi miring. Dan Om Danu menurut saja, selintas timbullah ide gila yang selama ini didamba-dambakan yaitu aku juga ingin memasuki lubang dubur Om Danu. Aku melumuri batang kontolku dengan ludah dulu agar lebih licin. Tanpa basa-basi langsung saja saya arahkan kepala kontolku dan mengambil ancang ancang untuk menancapkan ke lubang dubur Om Danu berawal kepala kontolku dulu. Tiba-tiba dia kaget, "Dit... kamu mau masukin lubang dubur Om yah!" Tanpa menghiraukan ucapan Om Danu, saya langsung masukkan kontol saya seluruhnya ke dalam lubang anus Om Danu. Memang, lingkar kontol saya tidak terlalu besar, namun panjangnya diatas panjang rata-rata. Sesaat Om Danu terhenyak akibat ulah saya, karena kontol saya mentok dan menusuk ulu perutnya. Namun rupanya Om Danu begitu menikmati pergantian posisi ini. Saya mengeluarkan kontol saya dari lubang dubur Om Danu. Lalu dengan sekejap, saya hantamkan secara keras dan tiba-tiba. Akibat aksiku ini, mulut Om Danu mengerang dan mengeluarkan suara “Hekkkkk….pelan-pelan Dit. Sakit kalo keras seperti itu.”. Om Danu mencoba berontak dan berusaha melepaskan tusukan kontolku di lubang duburnya. Tapi aku berusaha menempel dan menusukkan kontolku lebih dalam lagi. Akhirnya dia mengerang pasrah. Setelang lubang dubur itu agak membesar dan terbiasa dengan ukuran kontol saya, kembali lagi saya mencoba menerobos masuk dengan hentakan yang keras sekerasnya. Om Danu kembali mengerang, "Acchh... ooacchhh..." Kembali saya menghujamkan kontol panjang dengan penuh nafsu sambil memainkan dan memilin puting dadanya yang keras. Saya mengerang keenakan seakan-akan kemaluan saya ada yang menyedot dan menggenggam erat dari dalam, "Acchhh... achhh... enak Om...?" tanya saya. "Enak Dit... occchh.. terusin saja...hantam lebih keras lagi" Aku menuruti permintaanya, aku cabut dengan tiba tiba lalu aku hunjamkan dengan keras. Begitu berulang kali aku lakukan dan sampailah pada akhirnya dari dalam saya merasakan ada yang mau menerobos keluar. Badan saya bergetar dan keringat menetes. Otot otot terasa lebih kejang dan tubuh ini terasa melayang layang. Sementara batang kontol saya yang panjang itu terasa berkedut kedut dan langsung saja saya cabut. Om Danu membalikkan tubuhnya dan saya arahkan kemaluan saya ke mulut Om Danu.



Sambil membuka mulut, dia terus mengocok kontolnya sendiri, "Cepetan dong kamu keluarin Dit..arahin ke mulut Om yah",pinta Om Danu. "Cproot... cproot.."bunyi kocokan terakhirku. "Oocchhh... sedikit lagi Om.. hhuuu.. aghhhhh..." Dan akhirnya puncak kenikmatan datang dan sperma hangatku menyembur masuk ke mulut Om Danu. Lalu saya kocok lebih keras lagi, hingga semprotan spremaku yang kedua keluar lebih keras, dan muncrat mengenai muka Om Danu. Om Danu terkaget, karena semprotan di mukanya ini. Untuk semburan spermaku yang kedua, mulai aku arahkan lagi ke mulut Om Danu. Tetesan demi tetesan sperma saya dijilati dan ditelan oleh Om Danu. Rupanya Om Danu juga tidak mau kalah. Dia mendorong tubuhku hingga aku terjengkang ke kursi mobil. Lalu kakiku diangkatnya tinggi tinggi dan ditaruh di pundaknya. Rupanya Om Danu ingin mengakhiri aksi ini dengan menyodomiku kembali. Aku yang baru saja ejakulasi, sekujur tubuhku melemas dan lebih sensitif. Terasa geli ketika batang kontol besar nan panjang dan berurat itu mulai diarahkan ke lubang pantatku kembali. Sekuat tenaga aku menahan rasa geli dan rasa sensitif ketika inchi demi inchi batang kontol itu menembus lubang anusku kembali. Keringat dinginku mengucur karena menahan rasa geli bercampur pegal. Om Danu terlihat begitu nafsunya menyodok dan menghunjamkan batang kontol besar itu ke lubang anusku yang merapat karena rasa geli. Wajahnya nampak lebih garang dan beringas seolah ingin membalas dendam atas perlakuanku tadi terhadap lubang duburnya. Aku menggigit bibirku sambil menahan rasa geli yang teramat sangat.



Namun sensasi yang aku rasakan sungguh luar biasa. Tak pernah sekalipun aku merasakan sensasi seperti ini, walaupun aku telah sering disodomi. Namun disodomi sesaat setelah aku ejakulasi, sungguh memberikan pengalaman yang tak pernah aku lupakan seumur hidup. Keringat Om Danu mulai menetesi dada dan mukaku, saat dengan penuh nafsunya terus memompa dan menggenjoti lubang anusku. Aku imbangi dengan meremas dan memilin dadanya. Hingga akhirnya tubuh Om Danu bergetar hebat diiringi racauan penuh desisan dari mulutnya. Pertanda Om Danu akan mencapai klimaks aksi sodomi ini. Aku merapatkan pantatku hingga memberikan jepitan lebih erat lagi atas batang kontol Om Danu. Dengan diiringi teriakan “Ahhhhhhhhh…yessssssssssssss”. Kurasakan semburan sperma hangat memuncrat dari batang kontol Om Danu dan menyembur di dinding lubang anusku. Hentakan demi hentakan pinggul Om Danu mengiringi semprotan demi semprotan spermanya. Aku memeluk tubuhnya erat erat sambil menciumi bibirnya.



Akhirnya kami berdua berpelukan sambil saling pagutan hangat. Sejak kejadian itu, Om Danu lebih sering mengajak ketemuan dengan saya di lapangan tennis. Sesekali dia minta diantar ke luar kota dengan alasan untuk mengikuti turnamen tennis. Padaha kami berdua cuma menikmati hubungan sejenis ini di kamar hotel.






adegan ranjang diperankan oleh Zeb Atlas dengan berondongnya Brady Jansen
Pasti horny liat cerita and gambarnya, langsung aja klik disini biar bisa liat adegan ini seutuhnya, katauan mukanya pada mesum.

Salam Crot..

Oh.. Satpam Baruku

Pagi itu seperti biasanya aku datang ke kantorku pagi-pagi sekali karena memang banyak pekerjaan yang belum selesai kemarin dan harus kuselesaikan dengan secepatnya agar pekerjaan hari ini tidak makin bertumpuk lagi. Ketika sampai dipintu gerbang kantorku, aku disapa oleh seseorang yang belum pernah kukenal sebelumnya.
"Selamat pagi, pak" katanya sambil berdiri tegap dengan sikap penuh hormat. Akan tetapi aku tidak membalas salamnya tersebut, malahan aku melongo dengan rasa terpesona yang begitu hebat, ternyata di depanku telah berdiri sesosok mahkluk yang begitu sempurna, gagah, ganteng, mempunyai bodi yang atletis, berkumis sangat rapi penuh wibawa dan menjadi pujaan para wanita apalagi aku yang juga merasakan getar-getar itu sehingga aku jadi salah tingkah dihadapannya. Umurnya masih sangat muda sekali kira-kira 23 atau 24 tahun. Akhirnya aku tersenyum padanya setelah terpana untuk beberapa saat dan segera kulangkahkan kakiku untuk memasuki kantorku. Hari itu aku begitu gelisah terbayang akan wajahnya, penampilannya yang begitu mempesona sehingga hari itu yang seharusnya aku menyelesaikan pekerjaanku kemarin akhirnya jadi kacau balau karena aku tidak bisa konsentrasi, karena disatu sisi aku hendak segera menyelesaikan pekerjaanku namun disisi lain bayangan satpam baru dikantorku itu begitu membekas dalam ingatanku, akhirnya aku jadi serba salah dan salah tingkah dalam tindakanku hari ini. Jam istirahat siang akhirnya datang juga, aku segera cepat-cepat makan siang, dengan harapan masih ada waktu yang tersisa pada jam istirahat sehingga ada kesempatan untuk mencari informasi atau sekedar say hello padanya. Dan kesempatan itu akhirnya datang juga, ketika aka melangkahkan kakiku memasuki kantorku, aku tertegun lagi dengan senyumnya yang mengembang dihiasi kumis yang menawan dan kudengar,
"Selamat siang, pak"
"Siang" jawabku singkat.
"Eh kamu orang baru ya?" tanyaku.
"Eh, iya pak, baru hari ini saya bertugas disini" jawabnya.
“Nama kamu siapa?”tanyaku
“Saya Aryo, Pak” Jawabnya
"Kamu dari pendidikan akabri ya" tanyaku memancing.
"Oh, nggak pak, hanya pendidikan satpam saja selama enam bulan"
"Oh, kukira kamu dari akabri"
"Masak ada potongan sih pak, kalau saya ini jadi tentara"
"Lho, kenapa nggak, bodi boleh, tampang meyakinkan, wajah keren, kumis yahut terus apa yang kurang" cerocosku.
"Duitnya pak, yang kurang" jawabnya dengan tertawa, dan kelihatannya Aryo sudah makin akrab saja dalam obrolan kami siang hari itu. Tanpa terasa waktu setengah jam telah berlalu dan aku segera kembali melangkah ke dalam sambil bertanya, "Nanti pulang jam berapa?" "Oh nanti jam 14.00, pak" jawabnya sambil tersenyum manis sekali yang makin membuatku tergila-gila. Setelah aku mengadakan pendekatan setiap siang selama Aryo dinas jaga pagi sampai sore, maka suatu siang aku memberanikan diri untuk mengajaknya nonton sore nanti selepas Aryo tugas jaga pada pukul 14.00, yang berarti masih ada waktu dua jam sebelum aku pulang kerja pada pukul 16.00. Yang pasti kami sudah janjian disuatu tempat yang tidak jauh dari kantor kami. Siang itu rasanya jarum jam berjalan begitu lambatnya bagiku, seolah jalan jam hari ini seperti cacing yang sedang merayap. Begitu jarum jam menunjukkan pukul 16.00 tepat aku segera meninggalkan tempat dan segera menuju tempat redevous kami, dan ternyata Aryo sudah menungguku dengan pakaian preman yang lebih sportif kurasakan dan Aryo benar-benar cakep dan ganteng dengan T-shirt dan celana jeans belelnya, makin nampak dadanya yang padat dan bidang itu, sehingga tanpa terasa aku segera merangkulnya dan aku segera ngamplok diboncengan motornya itu. Dan kami segera menuju studio 21 untuk nonton bareng, yang penting pokoknya bisa pergi dengannya perkara film yang diputar bagus atau nggak tidak jadi masalah, dan memang ketika didalam gedungpun aku tidak bisa konsentrasi untuk mengikuti alur ceritanya, karena dalam benakku seolah ada sebuah film yang sedang diputar dan yang menjadi pelakunya adalah aku dan Aryo, gimana yaa rasanya kalau dipeluk Aryo, dicium Aryo dan oh, kalau aku bisa ngemot kontolnya dan menelan pejuhnya dan.. Dan.. Masih banyak lagi bayangan-bayangan indah bersamanya, sampai tanpa terasa tangan kiriku mulai meraba pahanya dan Aryo Aryom saja ketika tanganku membuat gerakan mengelus-elus pahanya dan segera kuhentikan setelah aku sadar dari lamunanku, ketika kulirik Aryo, tidak ada reaksi hanya senyumnya yang memukau dalam keremangan suasana gedung bioskop. Aku tidak berani lagi untuk melangkah lebih jauh walaupun suasana gelap itu cukup mendukung untuk memulai yang jadi impianku selama ini. Kutahan hasratku sekuat-kuatnya dengan mencoba konsentrasi mengikuti alur cerita film itu. Ketika film telah usai, kutawarkan kepadanya untuk makan malam bersama dan Aryopun setuju, dan segera kami hampiri pujasera yang ada dilantai bawah dari gedung studio itu, ketika kami makan bersama iseng-iseng aku tanya padanya, "Eh, kamu sudah punya pacar yaa?"
"Ah, mana ada orang yang mau sama saya, pak" jawabnya.
"Lho, masak nggak ada yang mau sama cowok seganteng dan secakep kamu gini, kalau misalnya aku jadi cewek gitu sudah kukejar terus tanpa kasih ampun" sambungku.
"Emangnya ada cewek yang kayak gitu, setahu saya cewek-cewek sekarang pada jual mahal tuh, pak" jawabnya lagi.
"Kalau misalnya ada seseorang yang mengharapkan kamu menjadi sahabatnya, kawannya, tempat curahan hatinya dan tempat berbagi suka dan duka, apakah kamu mau menerimanya tanpa ada pamrih akan tetapi dengan ketulusan hati yang paling dalam" kataku mulai romantis. "Ah, mana ada yang mau berkawan dengan saya ini, pak" "Saya khan cuma satpam, gaji saya berapa sih pak?" jawabnya lagi.
“Kalau misalnya aku mau jadi sahabat kamu gimana?" tanyaku, sambil aku mencari jawaban dalam matanya yang terbelalak karena terkejut.
"Ah, yang benar sih pak" tanyanya lagi.
"Lho, emangnya aku punya bakat berbohong, apalagi sama kamu" lanjutku.
Dia tidak bisa menjawab hanya Aryom saja, dan tertunduk mukanya, entah apa yang dipikirkan dan aku sendiri juga belum berani untuk memulainya lebih jauh lagi karena aku juga belum tahu bagaimana profil Aryo yang sebenarnya dibalik keramahan, keakraban yang telah kita bina selama ini, siapa tahu nanti setelah Aryo mengetahui aku punya maksud yang lain dibalik kebaikanku padanya, malahan Aryo akan meninggalkan aku dan membenci aku, aku sendiri jadi gundah menghadapi semua ini. Tapi hati kecilku berontak "Semuanya harus dicoba dulu, apapun resikonya nanti urusan belakang, pokoknya berusaha dulu, dan kalau gagal yaa cari yang lain" Mataku bersinar kembali seolah mendapat kekuatan baru dan semangat baru yang dipompakan ke dalam jiwaku, ketika kulihat Aryo masih tertunduk segera kuberanikan diriku untuk menyentuh tangannya dan sekaligus menggenggamnya, reaksi mulai terlihat ketika Aryo menatapku dengan pandangan mata yang kosong, ketika kuremas tangannya ada sedikit senyum yang dipaksakan tersungging dibibirnya.
"Ada apa?" tanyaku "Koq kamu kelihatan binggung sih?"
"Ah, nggak tahulah pak, saya jadi serba salah nih terhadap bapak, bapak begitu baik, penuh perhatian dan menghargai saya sebagai manusia seutuhnya tanpa membedakan derajat dan jenjang kedudukan" kemuAryon "Saya jadi terharu pak, baru kali ini saya benar-benar merasakan saya dihargai dan mendapat tempat dihadapan bapak" lanjutnya.
Agar suasana tidak beku dan kaku seperti itu terus menerus, akhirnya aku berkata "Yook, kita pulang aja, sudah malam nih"
Dia menggangguk dan segera berdiri menghampiriku dan kami berjalan seiring sambil tanganku memeluk pundaknya, kalau tadinya aku merasakan kecanggungan dalam dirinya ketika kupeluk, tetapi sekarang sudah mulai hilang rasa canggung dan segan itu, dan ketika sampai dilapangan parkir kurasakan tangannya sudah berani memeluk pinggangku dan oh bagai melambung rasanya ketika itu.
Ketika aku sudah diboncengan motornya, aku beranikan untuk memberi usul padanya, "Gimana kalau untuk malam ini kamu nginap aja dirumahku, aku tinggal sendirian koq, dan lagi hari sudah larut malam, besok kita bisa berangkat kerja barengan" tanyaku
Dan kulihat anggukan kepalanya sambil menoleh kebelakang dan tersenyum, tapi aku tidak bisa menafsirkan arti senyumannya itu, yang makin membuatku jadi panas dingin nggak karuan merasakan kejaAryon demi kejaAryon sepanjang sore sampai malam ini. Ah nggak tahulah pokoknya what happened will be will be, apapun yang terjadi terjadilah.
Sampai perjalanan malam yang dingin berakhir di depan rumahku, rasanya aku enggan turun dari boncengannya karena tanganku masih erat merangkul pinggangnya dari belakang sambil memeluk punggungnya yang terasa hangat dan kokoh itu. Akhirnya dengan rasa ogah-ogahan akhirnya aku turun juga dan kupersilahkan Aryo masuk dan memarkir motornya digarasi rumahku. Setelah masuk kutawarkan minuman kepadanya, tapi Aryo menolak katanya khan kita baru saja makan dan minum. Malah Aryo menyarankan untuk nonton TV sambil tiduran dan ngobrol, ok itu ide yang bagus juga dan segera Aryo kuajak ke dalam kamarku karena memang satu-satunya TV yang ada dirumah itu hanya ada didalam kamar tidurku. Segera kubuka seluruh bajuku dan aku segera mandi dengan air hangat, dan kurasakan badanku segar sekali setelah selesai mandi dan aku juga menyarankan kepadanya untuk mandi juga dan Aryo setuju untuk mengikuti jejakku yaitu mandi dengan air hangat agar badan jadi segar. Ketika Aryo mandi aku memakai sarung saja tanpa celana dalam dan itu sudah menjadi kebiasaanku setiap malam, karena kalau harus memakai celana dalam rasanya risih semua.
KemuAryon kudengar pintu kamar mandi dibuka dan kulihat Aryo keluar kamar mandi hanya dengan memakai celana pendek saja tanpa baju, sehingga dadaku berdesir dalam hati aku berkata "Oh my good, sungguh sempurna betul bodi yang dimiliki mahkluk yang satu ini, dan itu merupakan idamanku, dada bidang dengan rambut yang melebar didada menyempit dipusarnya kemuAryon melebar lagi dan makin melebat di. Di. Dibalik celana pendeknya itu pasti sangat lebat sekali, karena dikaki yang kokoh dan pahanya yang padat berisi itu, bulu yang tumbuh juga begitu lebat. Aku jadi bengong dan melamun lagi dengan pandangan mataku yang kosong menatapnya, hingga aku tersadar ketika kudengar suaranya
"Ada apa, pak?"
"Apa bapak sedang tidak enak badan?" tanyanya lagi.
"Oh, nggak" jawabku.
"Cuma sedikit pegal ini pinggang dan tengukku" lanjutku.
"Boleh saya memijat bapak" katanya memberanikan diri.
"Boleh, kalau kamu mau" kataku lagi.
Akupun segera menelungkupkan badanku dan Aryo mulai memijat tenggukku, kemuAryon turun kepunggungku dan begitu kurasakan hangatnya tangan yang begitu kokoh dan yang menjadi idolaku. Sampai tak terasa, aku merasakan kalau kontolku sudah mulai menggeliat bangun dan tegang, tapi tentunya Aryo tidak mengetahui kalau aku lagi BT karena aku dalam posisi telungkup, hingga kurasakan tangannya mulai menjalari pinggang dan pinggulnya dan turun lagi kepantatku yang kenyal itu, dan oh ini yang paling bikin aku nggak kuat diperlakukan seperti itu, tapi aku masih tetap bertahan. Sampai kudengar permintaannya untuk telentang, dalam hati aku berkata, "Mati aku, padahal aku nggak pakai celana dalam dan kontolku lagi ngaceng penuh, gimana nih"
Tapi aku pura-pura aja cuek, kubalikkan badanku dan otomatis selakanganku membentuk sebuah tenda dengan satu tiang. Kulirik Aryo, aku ingin tahu reaksinya, ternyata dengan cueknya Aryo mulai memijit kakiku dari bawah dan mulai ke atas, dan hal ini makin membuatku blingsatan karena nggak tahu apa maksudnya Aryo memperlakukan aku seperti itu, sebetulnya Aryo itu mau apa nggak sih, tapi jangan siksa aku seperti ini dalam gejolak berahiku yang makin tak tertahan ini. Tapi aku nggak tahu permainan apa yang sedang Aryo jalankan, kurasakan pijitannya sampai dipahaku dan Aryo juga mulai menyingkap sarungku sampai hanya tiangku saja yang masih tertutup sarung, akhirnya aku tak tahan dan hanya bisa memejamkan mataku saja mencoba untuk menepis semua angan dan gejolakku sendiri. Sampai kurasakan ada tangan hangat yang menggenggam kontolku yang ngaceng dan bergerak maju mundur sambil dipijit-pijit, aku hanya bisa melenguh dan Aryo mungkin tahu yang kukehendaki selama ini, kudengar suaranya "Ih, kontolnya bapak gede juga yaa?"
Karena aku tidak tahan diperlakukan seperti itu akhirnya tanganku meraih lehernya dan kubaringkan Aryo disisiku dalam keadaan telentang, dan tanpa berpikir lebih jauh lagi segera aku bangkit dari tidurku dan langsung nongkrong Aryotas tubuhnya yang padat berisi itu, dan mulai kuciumi pipinya, lehernya, telinganya dan kudengar suara lenguhannya, dan kembali lagi kebibirnya dan kunikmati rangsangan kumisnya yang menyentuh bibirku aku semakin tambah horny saja apalagi dengan kesegaran tubuhnya yang baru saja mandi. Kutelusuri lehernya, dadanya yang berbulu lebat dengan putingnya yang coklat kemerahan yang sempat kukagumi dan membuatku melongo sekeluarnya Aryo dari kamar mandi, sekarang sudah ada dihadapanku dan sedang kukecupi. Lalu turun lagi sampai kepusarnya yang berbulu lebat dan kasar itu yang makin membuatku terangsang hebat, dan dengan lidahku kutelusuri buku-buku kasar yang mengecil dipusar dan mulai melebar lagi dibawah pusar sampai tersembunyi dibalik celana pendeknya yang masih menjadi misteri itu.
Lalu aku melakukan cumbuan makin menurun sampai dikaret celana pendeknya dan kugigit karet itu sampai kebawah, dengan demikian makin nampak jelas tonjolan otot yang tegang perkasa itu dibalik celana dalamnya, karena aku sudah nggak sabar lagi segera kupelorot celana pendeknya sampai terlepas dan segera kutangkap tonjolan dibalik celana dalam itu dengan mulutku yang seperti sedang kehausan itu dan menemukan sumber air yang begitu segar. Kupermainkan untuk beberapa saat dan kulihat Aryo makin menggelinjang keenakan dengan cumbuanku itu, dan segara kugigit lagi celana dalamnya dengan gigiku ke arah bawah, lalu kurasakan tamparan dipipiku ketika aku membuka celana dalamnya, ternyata kontolnya yang ngaceng tegak berdiri itu memantul kena kejutan dari tarikanku tadi dan terlepas bebas mengenai pipiku, kurasakan hangat, kaku dan ohh.. Is't fantastic.. Oh ternyata otot kokoh itu begitu besarnya kira-kira panjangnya 21 cm dan garis tengahnya 5 cm, yang makin membuatku tambah gila dan makin bersemangat lagi untuk menggulum ujungnya yang sudah merembes basah dengan cairannya yang keluar dan warnanya kemerah-merahan yang makin membuatku terangsang hebat.
Tanpa menunda-nunda waktu lagi segera kukulum, kuhisap dan kumasukkan ke dalam mulutku sehingga rasanya mulutku tidak mampu lagi menerima kontol yang segede itu walaupun aku sudah menggangga selebar-lebarnya, yang bisa masuk hanya kepalanya saja sedangkan batangya tidak sampai seperempatnya, mulutku terasa sudah begitu penuh. Tapi nggak apa-apa, demi Aryo akan kuberikan servis yang sebaik-baiknya dan akan kukerahkan seluruh kemampuanku untuk memuaskan Aryo. Setelah aku puas mencumbui seluruh badanya dan kontolnya, maka sekarang aku yang ganti tidur telentang disampingnya, dan rupanya Aryo juga ingin berbuat sama seperti yang telah kulakukan padanya, Aryo mulai menelungkup Aryotas pahaku dan setelah itu kurasakan ada rasa hangat dan lembut diujung kepala kontolku dan ketika mataku kubuka, ternyata Aryo sedang menghisap kontolku dengan tenangnya dan tanpa ada rasa ragu-ragu lagi dan dengan penuh kelembutan dijilatinya daerah V yang sangat enak sekali untuk dirangsang itu. Aku bertambah menggelinjang keenakan dan kegelian yang makin membuatku tambah terangsang hebat. Akhirnya aku berinisiatif sendiri tanpa persetujuannya terlebih dulu, kuambil lotion, kuoleskan pada kontolnya yang ngaceng tegak berdiri dengan angkuhnya dan besar itu, sambil kukocok-kocok naik turun, sedangkan tanganku yang satunya lagi mengambil lotion dan kuoleskan pada lobangku sambil memasukkan jariku, satu jari sampai lancar, dua jari dan tiga jari, walaupun aku sebetulnya ngeri juga melihat gede kontolnya yang seperti itu jangan-jangan lobangku nggak mampu untuk dimasuki, dan gimana rasanya, apakah sakit, enak, nikmat atau oh nggak tahulah yang penting dicoba dulu pikirku dalam hati.
Setelah aku merasa sudah siap, segera aku naik ke atas tubuhnya dengan posisi duduk Aryotas selakangannya dan segera kubimbing kontolnya dengan tanganku untuk memasuki lobangku, mulanya terasa enak, ada benda hangat yang mencoba untuk menerobos masuk, tapi makin lama kurasakan sakit sekali saat benda itu mulai menembus masuk sampai kurasakan kepala kontolnya sudah masuk semua, aku menghentikannya untuk beberapa saat sampai rasa sakit itu berangsur-angsur hilang, kuteruskan lagi, berhenti lagi, kumasukkan lagi dan berhenti sejenak sampai tak terasa seluruh batangnya sepanjang 21 cm itu masuk seluruhnya dalam lobangku, aku Aryom sejenak untuk merasakan nikmatnya dan hangatnya kontol segede itu didalam lobangku. KemuAryon aku mulai mengambil gerakan naik turun Aryotas tubuhnya, kulihat Aryo juga menikmatinya dengan mata terpejam dan dada turun naik dengan nafas yang tersengal-sengal, sekali-kali diiringi dengan desisan dari mulutnya yang dihiasi kumis tebal itu.
"Oooh, ooh enak, pak"
"Enak sekali pak, rasanya kayak dapat perawan saja" lenguhnya
Aku sudah nggak peduli dengan segala ocehannya itu, setelah cukup lama aku dalam posisi seperti itu, akhirnya kucabut kontolnya dari lobangku, dan seakan Aryo merasa menyesal dengan kejaAryon itu. Aku segera mengambil posisi terlentang sambil mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi dan kusuruh Aryo untuk mengentot aku dari atas agar Aryo bisa bergerak bebas menurut gayanya, dan Aryo mengerti apa yang kuinginkan. Segera Aryo bangkit dari posisi tidurnya dan jongkok di depan lobangku sambil memegang kontolnya, Aryo masukan perlahan-lahan kontolnya yang gede itu dan bless, amblaslah semua kontolnya dalam lobangku, dan segera Aryo melakukan gerakan maju mundur sambil memanggul kedua kakiku dibahunya agar seluruh kontolnya bisa masuk semuanya. Akupun tidak tinggal Aryom, segera kukocok kontolku sendiri dengan tanganku sambil melenguh-lenguh keenakan.
"Aoohh, oohh"
"Auucchh, ayo cepet kamu keluarin, aku mau keluar nih" kataku.
"Iya, bentar lagi sudah mau nih" katanya lagi.
"Kita keluarin bareng-bareng yaa" kataku lagi.
"Iya" jawabnya singkat.
"Ooohh, oohh, sudah mau keluar nih"
"Ok, tunggu sebentar, oohh, yuupp, aayyoo" kocokan tambah keras pada kontolku dan "Aaahh" Cret, cret, cret, pejuhku menyembur Aryotas perutku dan dadaku dan kulihat Aryo segera mencabut kontolnya dan dikocoknya dengan cepat Aryotas perutku dan cret, cret, cret, cret menyemburlah pejuhnya yang sangat banyak sekali Aryotas perutku dan dadaku bahkan ada sebagian yang mengenai mukaku. Bercampurlah pejuhku dan pejuhnya, kemuAryon Aryo memelukku dan badan kami serasa licin oleh pejuh kami berdua sambil digesek-gesekan Aryontara badan kami yang basah oleh keringat, basah oleh pejuh dan oh nikmatnya malam itu.
Kami segera bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dengan air hangat kalau tadinya kami mandi sendiri-sendiri, sekarang kami mandi berduaan, sambil saling menggosok, saling menyabuni dan kadang-kadang dengan manja kupegang kontolnya yang besar itu walaupun sudah tidak tegang lagi dan kukecup ujungnya dengan bibirku.
Akhirnya, sejak malam itu Aryo pindah kerumahku yang memang kutempati sendirian daripada Aryo kehilangan uang lagi untuk kontrak kamar dan biarlah Aryo menjadi satpam di kantorku dan juga satpam pribadi buat diriku kalau Aryo tidak sedang dinas jaga malam.

Rafael Alencar





































Rafael Alencar,,,,

buat cowok2 "normal" pasti gag pernah denger tuh nama (palagi tau orangnya)
tapi buat cowok2 "sakid" pasti tau kalo doi tuh pemaen pilem bokep tapi khusus pilem2 homo alias GAY,,, n I like him


knp gw bisa suka ama cowok yg lahir di Brazil Juli 1978 itu??? alesan pertama karena gw gay juga,,,kedua doi ganteng,,,ketiga n yg paling utama...gw suka bgt ama pentilnya yang di piercing n ketiaknya yang lebat bin item sexy,,,
diatas tadi adalah beberapa poto dia n akan gw perbanyak lagi dah,,,





Biodata si pentil sexy....

Nama Lengkap: Rafael Alencar
Tinggi n Berat: 173 cm/ +/- 80 kiloan
Ukuran titit:9.5 inci (gede juga ya,,,jadi pengen deyh)