Senin, 18 April 2011

Laut Ketang

Sore hari senin saat pemilu presiden, aku bosan di rumah dan memutuskan untuk pergi ke laut yang tidak jauh dari rumah. Tempatnya sepi apalagi kalau sudah sore dan yang ada hanya mereka yang suka memancing. Sebenarnya ini juga alasanku pergi ke .

BIasanya selesai memancing, para pemancing itu suka mandi di laut mereka berbasah-basah dan setelah selesai mereka pergi ke balik bebatuan untuk mengganti pakaiannya yang basah. Dan aku senang sekali berada di bebatuan itu bisa mengintip mereka yang tanpa malu-malu telanjang mengganti pakaiannya.

Nah di hari itu laut sedang surut dan ada dua orang yang aku nggak tau apakah mereka nelayan atau hanya orang biasa yang punya hobi mancing. Mereka berdua bertubuh tegap, satunya lumayan tampan dengan bodi kekar serta kulit tidak terlalu hitam, yang satunya lagi berkulit gelap. YAng aku incar yang berkulit tidak terlalu hitam ini, dia memakai celana training panjang putih dan berburu ikan.

Setelah aku mendekat, wuih pemandangannya menyenangkan. Ternyata dia sama sekali tidak memakai kolor, karena saat dia berdiri, terlihat jelas kontolnya tercetak di celana, dan bayangan hitam jembutnya juga terlihat. Kontolku ngaceng seketika. Lalu dengan sabar aku tunggu dia mengganti pakaian dan aku sudah menunggu disana pura-pura mengambil ikan-ikan kecil.

Tempat biasa mereka ganti pakaian itu terdiri dari bebatuan yang biasa ada di laut dan tinggi-tinggi. Sekelilingnya semak belukar dan tempat itu cukup terlindung kalau anda memang tidak sengaja untuk melihatnya atau memang berada di dekat situ. Ternyata kesabaranku berbuah hasil, dia berjalan ke arah bebatuan tempat aku berada sambil membawa celana jeans birunya, aku lihat dia lirik kiri kanan. Dia memperhatikan aku sebentar, aku tahu itu, lalu dia menurunkan celana panjangnya dan aku melirik, ASTAGA!

Itu kontol terbesar yang pernah aku lihat, bahkan dalam keadaan seperti itu, panjang kontolnya hampir menyamaiku kontolku kalau ngaceng, padahal aku pernah ukur kontolku kalau ngaceng sekitar 14cm. Aku berdiri dan berjalan ke arahnya sambil pura-pura memperhatikan sekitar. Lalu saat itu dia menatapku, dan aku juga menatapnya, lalu aku menurunkan pandanganku ke arah kontol yang kini terlihat sangat jelas.

Kontolnya ternyata tidak berjembut lebat hanya ada sedikit saja itupun tidak terlalu panjang, tapi kepala kontolnya sangat besar sampai-sampai aku tak percaya apa yang aku lihat. Lalu aku tersadar kalau aku melakukan kesalahan dengan menatap seperti itu, lalu aku menatap dia lagi dan ternyata dia masih menatapku tanpa ekspresi. Kemudian dia melirik ke arah kontolnya dan kembali menatapku. Aku mencoba tersenyum dan ternyata dia juga tersenyum meski terlihat sangat kaku.

“Maap mas, nggak sengaja. Soalnya baru sekali ini aku lihat ada kontol sebesar itu,” ujarku dengan berani. Aku melihat ekspresi wajahnya yang terkejut dengan perkataanku. LAlu dia menjawab, “Nggak apa-apa, saya biasa mandi telanjang di kali,” Aku semakin berani dan berjalan mendekatinya sambil sesekali berpura-pura melihat ikan di air. “Kalau lemes aja segede gitu, gimana kalau ngaceng,” “Ah bisa aja,” “Bener kok,” ujarku sambil kemudian duduk di batu dan aku melihat dia agak canggung namun dia masih telanjang bulat. “Kalau punya aku segede itu, aku pasti seneng banget,” Dia hanya tersenyum mendengar perkataanku barusan. “Pernah ngukur gak mas?” tanyaku lagi. “Nggak pernah, yah memang gini adanya,” “Mas, boleh nggak aku pegang kontol mas, aku pengen ngerasain sebesar apa kalau ngaceng,” Dia terlihat kaget lagi dengan perkataanku dan sedikit menelan ludah dengan agak gugup dia berkata, “Ngapaian megang kan sama aja,” “Yah nggak sama lah mas, boleh ya,” ujarku semakin berani dan semakin dekat dengannya. Dia menengok kiri kanan beberapa kali lalu berkata, “Yah.. ya boleh lah, tapi kalau ada orang lepasin ya,” “Beres,” ujarku sambil tersenyum.

Lalu aku dengan sedikit gugup memegang batang kontolnya. Hangat sekali terasa dan dalam hitungan detik kontol itu membesar di genggamanku sampai maksimal. GIla … gede banget!! kepala kontolnya itu membuat aku tak tahan. Aku melirik ke arahnya, dan ternyata dia juga sedang memperhatikan aku sambil sesekali memperhatikan sekelilingnya. Aku elus-elus kepala kontolnya, lalu batangnya mulai aku kocok-kocok. Semakin lama kocokanku semakin kencang dan sesekali aku memilin pelan batang kontolnya. Aku merasakan ada gerakan dia seperti sedikit maju mundur atau memompa tanganku dan juga seperti berputar.

Sekarang sambil aku kocok batangnya, tanganku yang kanan mulai gerilya ke arah biji pelirnya. Biji pelernya sangat tidak sinkron karena berukuran biasa saja, sementara batangnya begitu panjang dan besar serta berurat. Seperti juga dipangkal kontolnya, biji peler dia bahkan sama sekali tidak berjembut. Aku pijat pelan biji pelernya dan dia mulai berdesah-desah pelan. Aku melihat dia memejamkan matanya, aku pikir sekarang atau tidak sama sekali.

Dengan cepat aku menempelkan bibirku di kepala kontolnya. Dia segera bereaksi dan sangat kaget dengan yang aku lakukan, dia sedikit menarik dirinya. Tapi aku tidak mau melepasnya, aku pegang pantatnya lalu tarik kembali ke arahku. Sekarang batang kontolnya aku arahkan ke atas dan aku mulai menjilat bagian bawah batang kontolnya mulai dari bagian bawah hingga ke lobang kencingnya, memainkan ujung lidahku di kepala kontolnya yang semakin berwarna ungu, aku tahu dia sangat keenakan. Lalu dengan beberapa kali usaha aku berhasil memasukkan kepala kontolnya ke mulutku dan langsung aku sedot-sedot dengan kencang, dan aku bisa merasakan urat-urat disekeliling batang kontolnya semakin membesar dan dia juga semakin kuat mengocok mulutku.

“Lepas mas, lepas, saya mau keluar,” kata dia. “Mmmgrrrppphh,” ujarku tak jelas karena mulutku penuh dengan kontolnya sambil menggelengkan kepalaku tanda aku tak mau melepasnya, lalu aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku, dan dia masih sedikit berontak. Aku terus menggerilyakan lidahku dan seperti dia pasrah, lalu dia sedikit mengerang dan tak lama mulutku penuh dengan sperma yang sangat banyak di semprotkan dari lobang kontolnya. Banyak juga yang mengalir ke luar dan menetes. Aku terus menyimpan kontolnya di mulutku sampai akhirnya perlahan kontolnya mulai lemas dan aku lepaskan.

Setelah batang kontolnya berada di luar, aku pegang sekali lagi lalu aku jilat-jilat kepalanya dan sisa-sisa sperma yang masih ada. Enak sekali. Dia terduduk di bebatuan dan sedikit terengah-engah. Dia tersenyum malu menatapku, lalu memakai celana jeansnya. “Namanya sapa mas?” tanyaku. “Ahmad,” jawabnya pendek. “Kenalin aku Adi,” ujarku lagi sambil mengulurkan tanganku. Setelah beberapa lama terdiam, dia berkata, “Mas Adi ini suka ya yang beginian,” “Iya, aku suka banget sama kontol apalagi kalo gede kayak punya sampean,” Dia tertawa pelan, lalu aku berkata, “Temen satunya nggak ganti baju juga,” Dia lagi-lagi tersenyum. “Kayaknya enggak, dia cuman pake celana itu,” “Kalo kamu pernah nggak mad yang beginian?” “Ah nggak mas, paling-paling ngocok aja,” “Mad, jangan panggil mas lagi ya, panggil aja Adi,” “Iya deh. Emm aku pergi dulu ya di, nanti temanku nungguin,” “Ya udah, tapi kalau kamu masih mau diisep lagi kapan-kapan, aku sering kok kesini. Itu mobilku, jadi kalo ada mobil itu pasti ada aku. Kalau mau ajak teman kamu itu juga nggak apa-apa,” Dia hanya tertawa saja, lalu permisi dan pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar